Anak saya suka sekali naik bis dan angkot. Barangkali penyebabnya bisa jadi karena dulu waktu hamil, saya gemar sekali jalan-jalan sekalipun perut rasanya tidak nyaman karena plasenta di bawah.  Nah, waktu Alif masih agak-agak bayi, saya suka mengajaknya keliling-keliling gang sambil mulut saya tidak berhenti berkicau mengenalkanya pada daun, angin, awan, dinding, atap, poster pada apapun yang ada diseputaran gang.  Sampai akhirnya dia mengenal yang namanya bis.

Ini dia babak baru, saya harus berhadapan dengan jurus goak Alif yang yahud pas lihat bis.  Artinya, dia ingin naik bis.  Hanya naik bis lalu turun di suatu tempat terus pulang lagi.  Tidak tiap hari, memang,  tapi cukup sering.  Saya sendiri tidak mau aktivitas naik bis ini jadi monoton dan melelahkan, akhirnya cari strategi dimana kita harus turun dan melakukan sesuatu yang menyenangkan.  Pilihan tempat untuk berhenti yaitu di jalan Braga yang akhirnya menjadi jalan favorit untuk berhenti.

Disana kami bisa jalan kaki menelurusi jalan yang klasik ini.  Ada gedung-gedung tua, bisa makan di toko roti Sumber Hidangan atau makan sandwich di Frenc Bakery.  Sepanjang jalan ini memang asik, karena banyak toko roti, jadi kalau jalan pagi di wilayah ini maka harum roti semerbak keluar dari pintu-jendela memenuhi hidung yang lewat didepannya.  Masa-masa ini mengingatkan pada waktu masih kecil, beli roti sandwich atau roti yang berbentuk bola softball berlumuran coklat, lalu pergi nonton bareng kakak atau dibawa pulang lalu makan di dalam kamar sambil ngopi.  Sedap.  Sekarang, selain menikmati bangunan tua dan roti, bisa jeprat jepret sana sini.  Motret sama seperti menulis dan main di atas panggung, ada kesenangan yang intim dan mampu membalut luka.

Alif cukup antusias, ia tak henti berlari lalu berhenti sesaat untuk melihat pesawat yang lewat dan melihat rel kereta api.  Kebetulan ketika tidak ada kereta kami bermain disana, berjalan diatas besinya dan memotret rel kereta.  Aduh, ternyata untuk amatir seperti saya, angle foto tidak dramatis seperti hasil potografer asli. Belum puas cari angle rel kereta, penjaga rel kereta tak henti memperhatikan kami cukup lama.  Mungkin dia khawatir kami melakukan sesuatu yang tidak-tidak, hehe…


Rupanya di Braga selalu menjadi objek menarik untuk motret.  Beberapa kali kesana, selalu ada rombongan atau seseorang yang menikmati paginya dengan motret.  Ada motret untuk pra wedding, para sekelompok abg, pelancong, bahkan di lokasi ini ada yang sedang syuting.  Rame tapi teratur.  Seandainya semua sudut kota Bandung seperti ini tentu menyenangkan.  

Beberapa hari yang lalu, suatu sore datang sebuah buku yang dikirim dari penerbit medium berjudul Perjalanan Ke Atap Dunia.  Buku ini merupakan buku perjalanan Daniel Mahendra menuju Tibet.  Entahlah, keinginan saya begitu kuat untuk memiliki buku ini.  Sebuah perasaan yang luar biasa bisa membeli langsung dari pada penulisnya.  Malam itu, ketika anakku sedang bermain mobil-mobilan sendiri, saya mulai membaca kata pengantar oleh Gol A Gong-penulis Balada Si Roy dan pendiri Rumah Dunia.

sumber: https://www.goodreads.com/topic/show/857158-bukan-bincang-buku-biasa-perjalanan-ke-atap-dunia-oleh-daniel-mahendra


Kalimat yang membuat saya tertegun dan membuat hati saya muringkak adalah ternyata cita-cita Gol A Gong keliling dunia meyakinkan mimpi saya untuk keliling dunia merupakan   keinginan yang tertunda.   Semua impian saya yang berhubungan dengan perjalanan seolah-olah hanyalah sebuah mimpi.  Tapi selama ini beberapa tempat kota di Indonesia bisa di datangi dengan cara yang unik.  Seperti, perjalanan ke Tasikmalaya dan Surabaya dengan gratis karena terlibat beberapa pertunjukan teater, ke Bali juga karena diajak survey di tempat saya kerja waktu itu dan diajak teman yang baru menikah.  Mengenal beberapa hutan, karena ikut kegiatan diklatsar saat kuliah. Lalu bisa ke Ujung Kulon, Malang, Gontor di Jawa Timur, terwujud karena sebuah ketiba-tibaan, misal disuruh orang tua untuk menengok kakak dan diajak orang tua karena sebuah acara.  Bisa jadi ini bagian dari cara Allah mewujudkan satu persatu impian saya mengenal tiap tempat di Indonesia dengan cara berbeda.

Perjalanan seorang diri yang pernah dilakukan oleh DM saat masih SMP, bagi saya masih sebuah angan-angan.  Karena izin dari orang tua yang begitu ketat dan sulit, membuat kesempatan atau kenekatan hanya menjadi angan untuk melakukan perjalan sendiri ke Jogya, Solo, Semarang, Lombok, Mahameru, Bromo, Keliling gunung-gunung di  Indonesia, Kampung Naga, Baduy.

Ada impian lain, betapa menyenangkan jika kita bisa keliling daerah karena sebuah pekerjaan yang kita cinta.  Seperti pekerjaan menulis dan kita harus menulis perjalanan itu, apalagi jika perjalanan itu dibayar dan menghasilkan.  Tentu akan lebih lepas dan asik.  Dulu saat masih remaja,  agar bisa naik turun gunung tidak konyol, akhirnya saya masuk pecinta alam di ekskul SMA tapi baru satu bulan amih sudah demo.  Dia tidak setuju dengan keputusan saya.  Lalu waktu kuliah tadinya mau nekat masuk organisasi pecinta alam tapi tertera sebuah perjanjian “kontrak mati”.  Saya tertawa dalam hati, okey, kemungkinan dan resiko itu pasti ada tapi bisakah anda bayangkan jika ibu saya membaca kalimat ini dan harus ia tandatangani.  Hehe…


Tapi impian dan harapan itu seolah terus disimpan di sudut hati yang paling dalam.  Menyakitkan? Kadang-kadang, tapi tidak membuat menderita karena suka kehidupan.  Banyak hal yang bisa dilakukan agar lebih hidup dan menyenangkan.  Dan saya selalu bertanya pada hati, apa yang ingin kamu lakukan, Ma?.  Munculah keinginan untuk mempunyai pasangan dimana kami bisa kemping setiap bulan, melakukan berbagai perjalan bersama.  Lalu bisa melakukan perjalanan dengan menggunakan mobil sendiri, sambil bawa tenda, kalau di tengah perjalanan menemukan pemandangannya bagus, maka bertendalah kita disana bersama anak-anak kami.  Menyenangkan bukan!

Bahkan ketika saya hamil, setiap ada acara jelajah dan semacamnya.  Saya selalu bertahan di depan televisi dan menikmati semua perjalanan mereka, seolah saya berada disana.  Buntut-buntutnya, selalu diselingi dengan derai air mata karena terharu melihat keindahan alam yang luar biasa.  Saat itu keinginan kuat untuk menelusuri alam, bisa tidur dibawah bintang-bintang, membaca dibawah sinar bulan, melahap sarapan dan menyeruput kopi ditengah dinginnya angin.  Tapi suamiku terlalu khawatir karena kondisi kehamilanku yang tidak mendukung.  Tapi saya tidak pernah mematikan impian ini, ia terus hidup ditengah perjalanan hidup yang penuh teka-teki.  Kini hidup dengan lelaki yang membuat saya bisa jujur bersikap dan tertawa lepas, mendapatkan anak lelaki yang luar biasa., “pengasingan” ini yang membuat peta kehidupan terasa lebih jelas kelihatan.  Ini bagian dari sesuatu kehidupan yang luar biasa atas teka teki yang rumit.

Ada quote yang menyentuh sekali di awal-awal halaman buku itu,

“Betapa pentingnya sebuah tindakan.  Ketika kita mulai memutuskan sesuatu, tiba-tiba isi kepala kita bekerja dengan sendirinya: bagaimana untuk mencapai sesuatu tersebut.”

Saya selalu yakin,  apapun yang kita lakukan hari ini tidak akan sia-sia selama dikerjakan dengan kesungguhan.  Sekalipun bidang yang sedang kita pelajari tidak menjadi profesi tapi akan selalu menjadi manfaat saat kita mengambil keputusan.  Impian seolah dilewati satu persatu tanpa terasa bahwa kita telah melewati beragam proses yang luar biasa.  Katakanlah ketika kita mengambil keputusan menjadi ibu rumah tangga.  Rupanya rumah tangga adalah sebuah kehidupan yang menarik.  Kita bisa mengambil pelajaran saat belajar teater, manajemen dan beragam event yang pernah kita lakukan, rupanya memberi manfaat yang luar biasa yang bisa diterapkan pada segala unsur kehidupan rumah tangga.  Karena kehidupan rumah tangga tidak akan menjadi dinamis ketika kita sendiri tidak menciptakan suasana itu. 

Artinya, saya selalu yakin selalu banyak jalan yang bisa kita tempuh untuk mencapai apa yang kita inginkan dengan cara yang aneh dan penuh kejutan.  Dari keinginan itu maka akan muncul kebutuhan lalu naluri akan memilih kehidupan apa yang sangat mungkin kita jalani sekarang.  Kuncinya lakukan apapun yang kita kerjakan sekarang dengan penuh cinta dan kesungguhan hati dan kejutan selalu datang diwaktu yang tepat.

Saya memang bukan siapa-siapa dan sedikit kemampuan, terlalu banyak keinginan dan kesukaan, melaluinya setidaknya saya ingin hidup saya lebih berarti dengan cara yang dipilih oleh hati.  Menjadi ibu, istri, menjalani hobi dengan kesungguhan dan menyenangkan, disana selalu siap beragam jalan dan kesempatan yang baru tahu dan semakin banyak tahu mengarahkan kita pada impian.