Amih


Kemarin adalah hari ibu.  Baru ngeh setelah dapat sms dari kakak begini isinya: “Bi, ke ma nini selamat hari ibu, mohon maaf,semoga sehat selalu.” Akhirnya saya sampaikan ke Amih, ibu kami, lalu amih bilang “eunya, dihampura, doakeun amih cing sehat.” (artinya:Iya, dimaafkan, doakann amih selau sehat).  Sebutan ma nini sebetulnya agar cucu-cucunya ikut sebutan itu akhirnya jadi panggilan semua orang.
Budaya memberi selamat dan ucapan ulang tahun atupun perhatian-perhatian dalam bentuk ucapan di keluarga kami sebetulnya tidak mudah ditemukan.  Romantisme seperti ini jarang (tidak pernah) dilakukan, baik pada orang tua maupun saudara.  Bahkan jika salah seorang sakit tidak menjadi sesuatu yang besar dan lebay, bahkan hanya ada yang cukup tahu sudah merupakan hal yang luar biasa.  Pun sampai ada yang nengok jika penyakitnya luar biasa.  
www.pagi2buta.wordpress.com
Hubungan kami sebetulnya cukup dekat, dari cara becanda yang tidak berbatas, saling tukeran baju, bebas memakan makanan siapapun, bahkan makan bekas piring dan gelas siapapun merupakan hal yang lumrah.  Justru hal ini membuat kami merasa dekat.  Hanya saja ketika ada seseorang yang tertimpa masalah, kami kelimpungan, bahkan sering masalah itu hanya menjadi sekedar wacana.  Masing-masing oranglah yang harus menyelesaikan masalahnya sendiri, sementara saudaranya bisa dibilang penampung keluh kesah saja sudah untung.  Kalau sampai salah seorang terlibat langsung menyelesaikan masalah, bisa menjadi lebih bahaya, masalahnya bisa menjadi lebih ekstrim karena rasa emosi yang berlebihan.  Bisa terjadi pertengkaran secara fisik.
Jadi bisa dibilang untuk memberikan perhatian berlebih itu tidak ada, tapi sebetulnya hal itu untuk mengendalikan sifat perhatian yang berlebih diantara kami.  Sifat khawatir, sensitif, perhatian berlebih dimana merupakan bawaan ibu.
Ibu kami adalah seorang feminis sejati dalam artian sangat memperhatikan anak-anaknya yang jumlahnya banyak sekali dari urusan makan hingga wisuda, pekerja sejati, sangat menghormati suaminya-ayah kami.  Jiwanya sangat kuat dan super dalam mengendalikan diri, pun kalau sampai marah itu karena sudah bingung cara memberi tahu atas sifatnya yang khawatir atas sesuatu yang buruk menimpa kami. 
Ibu kami adalah seorang psikolog sejati.  Dia lebih sering membela anak yang mempunyai posisi yang lemah biarpun dia salah, karena dia pikir anak yang lain lebih bisa mengendalikan dan jiwa yang lebih kuat.  Bahkan dia bisa merasakan jika anaknya sedang pundung, iri, cemburu karena dianggap perhatiannya pada anak yang lain dirasa berlebihan.  Akhirnya dia akan melakukan kunjungan rutin dan melakukan tahajud dengan doa khusus agar hati anaknya kembali lembut. 
Ibu kami adalah bank kesetabilan ekonomi negara.  Diantara keberlangsungan ekonomi anak-anaknya tentu tidak semua berhasil (dari sisi keuangan), maka dia akan selalu menyiapkan tabungan untuk beberapa kemungkinan jika ada salah satu, dua, tiga… anaknya tiba-tiba sering berkunjung, mulai tiduran di depan tv, itu tanda-tanda bank kotanya mulai menyusut atau ada kerikil-kerikil yang tidak sanggup dicukupi.  Ibu adalah pilihan terakhir atau bahkan utama sebagai soft loan yang diputihkan.  Tak menjadi masalah untuknya.
Ibu kami adalah seorang pejabat negeri.  Siapapun akan datang kepadanya menumpahkan segala unek-unek dan air matanya.  Jika ada kasus di wilayah pertetanggaan kami, dialah menjadi juru kunci dalam sebuah keputusan yang terbaik.  Jika ibu sudah bersabda, maka semua orang tak dapat mengelak. Hanya sayangnya, jika ada kasus yang membuat celaka dan kebetulan ada diwilayah rumah kami ibupun harus menanggung segala resikonya.  Dia seakan diposisikan menjadi orang yang bertanggung jawab atas kejaidan buruk dan baik.  Bahkan bisa menjadi seorang juru doa jika ada kumpulan mengaji dan syukuran disalah satu tetangga rumah kami.  Sehingga dia akan mendapat nasi dus dengan jumlah lebih.  Dan itu akan membuat orang rumah senang J.  Bahkan seseorang bisa datang dengan membawa satu gelas hingga satu botol minum air mineral untuk diminta doanya.  Berdasarkan kepercayaan mereka, air doanya mujarab untuk menyebuhkan segala rupa penyakit fisik dan hati.
Ibu kami selalu mengajarkan untuk mengalah.  Biarpun posisi kita benar, karena menurutnya hal ini akan menenangkan situasi dan cepat menyelesaikan masalah. 
Dan yang dibutuhkan ibu kami hanya kunjungan, makan bareng, hanya minum teh bareng di dapur, keluhanya didengarkan atau hanya sekedar mengirim bandros.  Hal itu akan membuatnya kembali hidup dan ceria.

0 komentar:

Posting Komentar

Silakan meninggalkan komentar Anda. adv