Saya datang terlambat sekitar 30 menitan, dari halaman café Victoria beberapa raut muka yang saya kenal sudah duduk dibarisan meja marmer panjang. Ada Siti Namirah, Ana Erliansyah-dulu kami mengenalnya dengan nama Siti Aminah, Irna, Deni bancet, Amry, Arif Saraf, Harry dan Erwin. Tidak banyak perubahan dari raut muka mereka kecuali garis-garis mukanya yang bertambah kuat. Dalam otak saya ingin bertanya : ”Hey, apa kabar hidupmu ?”

Tak lama kemudian Yuyun datang diantar oleh entah siapa, ternyata dia menjadi guru di sebuah SD dan sudah punya anak tiga. Paling besar sudah di bangku SD kelas 3. Sementara Irna menjadi ibu rumah tangga dan sudah mempunyai anak 2, dan salah satunya menjadi muridnya Yuyun. Benar-benar kejutan. Siti Namirah menjadi psikolog profesional , walaupun belum menikah dia terlihat bersemangat menjalani hidupnya. Lalu Siti Aminah yang menjadi staff administrasi di UNPAD, dan masih terlihat tenang seperti dulu. Harry terlihat lebih subur dan bekerja di ITB, Deni Bancet telah mempunyai seorang anak yang sangat cantik dan Arif tetap menjadi objek ledekan. Tapi rasanya hampir semua menjadi objek ledekan deh, hehee.. Begitu juga dengan Yayan makin terlihat matang dengan kumisnya :D . Nizpar yang datang belakangan tampak bingung dan senang tidak menyangka yang kumpul akan lumayan banyak. Erwin semakin okeh berprofesi photografernya. Irna ijin pergi dulu ke acara sunatan anaknya Thelma di Gazeboo dan datang kembali dengan memboyong Yuni. Yuni masih seperti dulu, mungil dan sepertinya tampak kurusan. Dia bekerja di penerbitan, dan hampir semua pernah melihat Yuni menjadi host keagamaan di salah satu tv lokal.

Kami begitu bebas tertawa, saling ledek dan bercerita tentang anak, pekerjaan, dan bahkan ada yang belum menikah. Tapi semua obrolan berjalan begitu menyenangkan, tidak ada obrolan-obrolan politik, seni, analisis ilmiah. Ringan dan tertawa-tertawa walaupun dibalik obrolan itu banyak kejutan dibalik pengalaman hidupnya. Semua seperti kembali ke emosi masa SMA yang bebas berfikir, bebas bertindak, bebas menerawang. Hahahaa... walaupun dengan wujud fisik yang sedikit berubah. Tapi dibalik perubahan-perubahan itu lebih banyak tidak berubahnya, mereka tetap menyenangkan, tidak menunjukan perubahan yang sangat berarti atau berusaha menghormati perjalanan hidup masing-masing dengan tidak menunjukan proses jatidirinya. Kami begitu bebas ketawa-ketawa, berbagi cerita tentang anaknya dan pekerjaanya.

Walaupun tidak mendalam tapi saya mengerti pasti mereka telah melewati proses hiruk pikuk dunia. Dari garis mukanya saya yakin mereka telah banyak melewati persoalan-persoalan yang mudah sampai titik yang tersulit. Hei, aku mengerti. Masa-masa golden age telah kita lewati, masa-masa idealis tinggi dan banyak hal yang dikorbankan untuk memperoleh keinginan ada digenggaman.

Dibalik tertawa-tawa kita, saya mengerti banyak hal yang ingin kalian bagi saat perjalanan panjang membawa kalian menjadi seperti sekarang ini. Saya juga mengerti dibalik tertawa-tawa itu banyak luka yang membekas dibalik perjalan hidup kalian yang panjang. Saya akan selalu merindukan kalian, semoga hidup kita menjadi lebih maju, bermanfaat untuk orang banyak, keren, dan tetap rendah hati seperti kemaren.

Thank’s for being my friend.

Ima